Rais Muhammad K. S

Home » Cernak

Cernak

Belajar dari Adam A.S

Pokoknya kalau dalam jangka satu minggu ini kamu masih belum bisa melunasi SPP jangan harap kamu bisa ikut ujian…! Kata-kata ketus Pak Muridan yang memang TKK alias ‘’Tak Kenal Kompromi’’ itu masih terngiang-ngiang di telinga Robi. Kesal ia hempaskan Tubuhnya ke Dipan.

‘’Bedebah’’umpatnya sembari membanting tasnya. Tidak ! aku harus ikut Ujian. Aku masih ingin Lulus. Seribu satu penyesalan meyergap perasaanya. Bukan karena Robi tidak punya uang yang menyebabkan pembayaran sekolahnya nunggak 6 Bulan. Sama sekali bukan. Tapi uang SPP yang ia terima dari ayahnya, kemaren amblas untuk melunasi utang-utangnya kepada Bobi, teman akrabnya yang selalu menawarinya untuk bermain Playstation dengan taruhan uang. Yang sampai saat ini masih menjadi problem di kalangan siswa, sampai bolos sekolah.

Semula ia menolak tawaran temanya itu, namun ia keranjingan dengan permainan itu setelah pertama kali bermain dan menang taruhan dengan temannya. Ia mencoba memutar otaknya. Siapa tahu ad aide cemerlang yang dapat memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah itu.

Minta lagi pada Ayah? Ah..Tidak. bisa-bisa bukan uang yang ia terima, melainkan dampratan ketus ayahnya yang akan membuat ia kesal selamanya. Maklum Ayah Robi hanya seorang Pengusaha Kecil yang Penghasilanya belum begitu besar, bisa dibilang hanya cukup buat biaya kehidupan sehari-hari.

Ah! Kembali ia menghempaskan tubuhnya ke Sofa. Mencoba menghilangkan segala kegalauan yang menghantui perasaannya.

Sudah satu minggu berturut-turut setiap harinya Kelas 6 A sering kehilangan uang. Kali ini punya Mia, bendahara Kelas setelah punya Nita, Yuli, Andi, Naufan, Tia dan Dinda yang lalu. Anehnya sang pencuri itu tidak pernah ketahuan, walaupun sudah beberapa Kali diadakan pemeriksaan dan penggeledahan tas.

Hati Robi tidak tenang setelah tiba gilirannya untuk di periksa. Ah! Hati Robi Plong setelah mengetahui dalam tasnya tidak ada dompet Mia. Tapi bukankah ia yang mengambil Dompet Mia waktu Istirahat Tadi? Hati Robi kembali tidak tenang. Segera ia keluar kelas menuju kantin. Siapa tahu dompet itu jatuh disana. Tidak ada. Secepat kilat ia balik lagi dan menuju perpustakaan, Namun dompet itu tidak ada.

“ apa yang kamu cari Robi? Kayaknya Mumet sekali” Robi Tak menjawab. Jangan-jangan teman sebangkunya itu tahu kalu dia yang mengambil dompet Mia. Tidak ! kasus ini tidak boleh terungkap. Batinya

ngak.,,Nggak ada. Sekedar cari-cari buku untuk buat tugas dari Bu Indri. “ jawabnya Asal.”

“ tidak usah bohong, aku tahu kog apa yang kamu cari.”

“Kau mengetahuinya? Tanya Robi nyaris tidak percaya dengan apa yang dikatakan Amar.

Gawat. Bisa-bisa ia dikeluarkan dari sekolah kalu kasus itu benar-benar terungkap.

“ kau tahu dimana dompet itu?’’ tanyanya lagi. Degub jantungnya semakin tidak beraturan, tak dapat ia bayangkan seandainya betul-betul dikeluarkan dari sekolah.

Aku ingin bicara empat mata dengan kamu, Robi.’’ucap Amar kemudian seraya menarik tangan temanya itu keluar dari perpustakaan.

“ Sudahkah kamu pikirkan akibat perbuatanmu itu Rob?’’ Amar mulai membuka pembicaraan. Robi tidak menjawab. Ia bingung harus menjawab apa.

“Terpaksa. Semua itu aku lakukan Amar,’’Jawab Robi Pelan. Ia benar-benar tidak bisa berkutik dihadapan temannya itu. “dan dompet itu? Tanya Robi Penasaran.

“Dompet itu ada ditanganku. Terpaksa aku ambil dompet itu dari tasmu setelah aku tahu kalu mau diadakan pemeriksaan.’’

Robi semakin tidak mengerti maksud temannya itu. Demi keselmatanya kah? Atau Amar Sudah melaporkanya ke Kepala Sekolah? Robi semakin bingung.

“Aku harap kau mengembalikan uang itu, Rob.’’

Gila. Kalau begitu, berarti aku menyerahkan diri untuk segera di Skorsing atau bisa jadi aku dikeluarin dan tidak bisa ikut ujian tahun ini.?

‘’Tidak. Aku tidak bisa.’’ Tolak Robi tegas. ‘’lantas bagaimana dengan biaya SPP ku yang sudah nunggak 6 bulan itu?’’ tambahnya dengan nada suaranya yang makin pelan.

‘’ kau bisa pake uang tabunganku. Insyallah uangku cukup untuk melunasi pembayaran SPP mu,’’Jawab Amar Pelan. Ia tahu temanya butuh uang. Tapi bukan dengan cara mencuri untuk mendpatkanya. Itu langkah yang salah dan sangat ceroboh.

***

Gelak tawa siswa itu memecah suasana sepi Kantin Sekolah. Bel istirahat masih tinggal 10 Menit lagi. Pasti mereka bolos lagi

‘’jangan khawatir, biar aku yang traktir semua. Uangku masih banyak kok,’’ Bobi mempersilahkan teman-temanya duduk, seraya memesan tiga nasi rames dan es jeruk.

“’ Emangnya uang saku kamu banyak sih Bob..? Tanya Budi seraya menyeruput es jeruknya.

‘’Iya, kayaknya lagi banyak duit nih..” timpal yang lainya gembira.

Memang bobi popular dengan ketidakpelitanya. Hampr seluruh teman sekelasnya pernah dia Traktir. Ia seorang siswa yang Cerdik dalam berteman. Dan sering mengajak teman-temanya untuk berjudi. Dan yang kalah pasti berhutang dengannya.

‘’Uangku masih tinggal seratus ribu di Robi. Anak Kelas 6 A, dia temanku dan kalah taruhan denganku.’’

‘’tapi dia kog gak datang lagi? Jangan-jangan dia sudah melupakan Utangnya itu’’ sergah Budi

‘’Iya, ya….sebulan sudah dia tidak menemuiku. Awas jangan coba-coba menghindar dariku Rob..! Ancam Bobi geram. Tanganya mengepal.

Perbincangan mereka terhenti sejenak ketika seorang siswa melintas didepan kantin. Robi Anak Kelas 6 A yang baru saja menjadi bahan perbincangan Bobi dan teman-temannya. Bobi berlari meninggalkan teman-temanya yang asik ngobrol. Ia berhenti tepat dihadapan Robi.

“Piye kabare Brow?’’

‘’ Aku Apik…” Jawab Robi santai. Dia tidak menyangka kalau akan bertemu dengan Bobi, teman yang selalu mengajak taruhan dalam permainan Playstation.

“ada yang ingin aku bicarakan, ‘’ Ujar bobi sembari tersenyum sinis. Tak bersahabat.

‘’ ono perlu opo karo aku?’’

‘’Aku butuh duwit, Robi. Pekan depan aku mu beli hadiah buat cewekku yang mau ulang tahun. Aku harap kamu mau melunasi utang-utangmu.’’

Suara Bobi Pelan Namun serius.

‘’Tapi aku belum punya uang, Bob..”

‘’Terserah. Punya uang atau tidak. Yang penting uang itu sudah dapat aku terima sebelum acara ulang tahun pacarku.’’ Suara Bobi Semakin keras.

‘’Kalu tidak “

“ Jangan main-main Robi. Kamu ingin tetap sekolah disini kan. Kalu tidak aku akan melaporkan kamu ke kepala sekolah kalu kamu sering bermain taruhan uang di Playstation.

Kurang Ajar!. Batin Raobi dongkol. Mukanya merah menyala mendengar akan di laporkan ke Kepala Sekolah.

“Tidak! Jangan lapor ke Kepala Sekolah’’ Akan aku lunasi utang-utangku.

***

Waktu yang ditentukan Bobi tinggal satu hari lagi. Besok ia harus sudah mengembalikan uang itu kepada Bobi. Kalu tidak ia akan dilaporkan ke Kepala Sekolah. Dan bisa dikeluarkan. Ia tidak mau membuat Ayahnya kecewa karena kenakalannya. Ia bingung harus mendapatkan uang dari mana. Apalagi kalau ayahnya tahu permasalahan yang dihadapinya sekarang ini.

Untuk melunasi SPP saja ia dipinjami oleh Amar, teman sebangkunya yang baik hati itu. Dia berjalan menyusuri selasar sekolah melihat-lihat setiap kelas yang dilaluinya. Langkanya terhenti ketika melihat kelas 3 B kosong, karena jadwal Olahraga di Lapangan. Pandanganya tertuju pada tumpukan tabungan siswa yang ada di atas meja Guru.

Tanpa piker panjang Robi langsung masuk dan mencoba untuk mengambil uang yang ada didalam tabungan itu. Namun langkahnya terhenti ia merasa ada yang mencoba menahanya danmenariknya ke belakang.

“Apa yang ingin kamu lakukan Rob.?’’ Tanya Amar.

Aku butuh uang untuk melunasi hutangku pada Bobi.

‘’Berapa yang kamu butuhkan ?’’ Tanya Amar Sambil menarik Robi melangkah ketempat lebih sepi.

‘’Aku Hutang sama Bobi seratus ribu, karena aku kalah taruhan denganya, dan besok aku harus mengembaliaknya.!’’

“Ok, aku akan bantu, tapi janji kamu jangan lakukan itu lagi” Kata Amar

“Tapi sebelumnya aku ingin Tanya  sama kamu.?’’ Tambah Amar

“ Tanya Apa? Timbal Robi.”

“Apakah Kamu pernah mendengar cerita tentang Nabi Adam yang telah diusir dari Surga Oleh Allah SWT, Nabi Adam di usir dari surga karena terbujuk oleh Rayuan iblis yang menggodanya. Untuk memakan buah Kuldi. Sampai akhirnya Nabi Adam memakanya dan apa yang dia dapat. Dia diusir oleh Allah swt dan dihukum diturunkan ke Bumi agar memperbaiki kesalahan yang diperbuatnya. Hal itu sama yang kamu lakukan. Kamu telah terbujuk oleh rayuan setan yang menyesatkan lewat temanmu Bobi, untuk bermain taruhan dan berhutang denganya, kamu tahu itu perbuatan salah. dan membuatmu lupa akan kenikmatan yang kamu dapat selama ini dari ayahmu dan bapak ibu guru, sebagai siswa yang berprestasi dan kamu tahu kan kalu Kepala sekolah tahu akan perbuatanmu kamu bisa dikeluarkan dari sekolahan karena kesalahanmu yang kamu buat. Dan kita seharusnya bisa belajar dari kisah nabi Adam A.S agar kita tidak mudah terbujuk dari rayuan setan.”

Robi langsung memeluk Amar dan menangis menyesali perbutanya yang selama ini ia lakukan karena bujukan dari Bobi. Dengan harapan ia akan mendapatkan uang banyak, akan tetapi justru membuatnya terjerumus dalam permasalahan yang rumit.

“terimakasih Amar.’’ Ucap Robi

“Sama-Sama Robi, kita sahabat jadi harus saling mengingatkan dan membatu satu sama lain.’’ Jawab Amar, sambil menggandeng Robi menuju Kelas.